Pentas Rebon di Societet Militer Yogyakarta

Tuman Sajikan Tanda Jasa Prof Aprinus Salam Pentas Rebon 
di Societet Militer Yogyakarta
 
Yogyakarta – Medkrev. Pentas Rebon Taman Budaya Yogyakarta (TBY) 2025 sesi ke empat akan digelar Rabu 16 Juli 2025 di Gedung Societet Militer TBY pukul 22.15 WIB. Judul lakon Tanda Jasa karya Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S., M.Hum. akan disajikan oleh Kontingen Kabupaten Sleman yang diwakili oleh Kelompok Teater Umum Masyarakat Sleman (TUMAN).
Dede Herlambang, selaku pimpinan produksi (Senin, 7.7.25) disela latihan Tanda Jasa mengemukakan bahwa TUMAN, kelompok yang sudah cukup dikenal masyarakat. Awalnya Pak Nur dan Mas Eko selaku narsum Pentas Rebon TBY 2025 berkoordinasin dengan saya untuk bersama teaterwana muda dari Sleman Mas Taufikur Rohman dan Dzaki M. Fadhiil guna mempersiapka pertunjukan teater ini. Lakon Tanda Jasa karya Prof. Dr. Aprinus Salam, S.S., M.Hum. pun sudah dipilih tim narasumber. Pentas Rebon TBY memberikan ruang ekspresi kepada Kelompok TUMAN dengan didampingi narasumber dan pelaksana teknis Mas Dhanik Suratno.
Lakon Tanda Jasa ini disajikan dari antologi naskah drama NAPI yang diterbitkan Taman Budaya Yogyakarta tahun 1993 dari hasil lomba yang diadakan TBY tahun 1992. Tanda Jasa merupakan sebuah drama satu babak yang menceritakan pikiran dan perasaan masa perang seorang veteran tua yang belum kunjung usai. Akibatnya,teror masa lalu, kepastian diri, hingga sikap dan sifat yang berubah-ubah menyelimuti tokoh Pak Rahmat. Di sisi lain, kebanggaannya terhadap citra-diri sebagai pahlawan yang berlebihan membuatnya berinisiatif untuk mendoktrin cucu-cucunya agar meneruskan jalan yang dulu ditempuhnya. Namun, cucunya yang paling besar, tokoh Dois, menolak doktrin tersebut diberikan kepadanya dan adik-adiknya. Tidak tanpa alasan Tokoh Dois menolak doktrin itu. 
Sikap dan sifat tokoh Pak Rahmat yang tidak menentu dan sulit berdamai dengan masa lalu-lah yang menjadi pertimbangan tokoh Dois untuk menolak doktrin itu. Tanda Jasa, selain menjadi judul drama satu babak juga menjadi salah satu benda untuk mengalihkan trauma Pak Rahmat. Tidak hanya itu, tanda jasa (Bintang Emas Margayu) yang ditanyakan oleh tokoh Wartawan I dan II justru membuat Pak Rahmat bertemu dengan kejadian traumatiknya ketika meninggalkan sahabatnya (Sersan Muladi) di medan perang. Dari hal itu, tarik-ulur antara rasa benar dan salah atas pilihannya meninggalkan Sersan Muladi membuat Pak Rahmat sangat marah. Kemarahannya terbawa sampai mimpi karena memang kejadian itu belum dituntaskan oleh Pak Rahmat dengan dirinya sendiri. Tidak hanya berhenti di mimpi, tapi setelah bangun, Pak Rahmat masih membawa kejadian yang belum dituntaskannya tadi. Hingga pilihannya untuk menuntaskan adalah dengan menghabisi dirinya sendiri dengan senjata api.

Prof Aprinus Salam, menggeluti isu kebudayaan sejak menjadi mahasiswa di Jurusan Sastra Indonesia FIB UGM. Memperoleh gelar Doktor dari program studi yang sama, lewat disertasi berjudul Negara dan Perubahan Sosial dalam Novel-Novel 1980-an s.d. 1990-an. Selain menjadi staf pengajar di program sarjana, pascasarjana dan doktoral di program studi Sastra Indonesia, Prof Aprinus saat ini menjadi Kepala Pusat Studi Kebudayaan, sebuah lembaga yang memiliki fokus kajian kebudayaan di UGM. Aprinus juga tercatat sebagai anggota Senat Akademik UGM sejak 2012 hingga sekarang. Berbagai karya publikasi telah dihasilkan sepanjang perjalanannya menjadi pengamat kebudayaan. Tak kurang 11 buku telah ia terbitkan, di antaranya, Menetralisir Peran Sejarah, Menawar Masa Depan dalam Keringat Mutiara – Putu Oka Sukanta (2001), Biarkan Dia Mati: Refleksi Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Pustaka Pelajar, 2002), Hanya Inul yang ia tulis bersama Faruk (Bentang, 2003), dan Oposisi Sastra Sufi (Pustaka Pelajar, 2003). Publikasi ilmiah dan karya tulis populernya telah diterbitkan di berbagai jurnal dan media massa.
Pentas Rebon TBY didukung Dede Herlambang (Pimpro), Prof. Dr. Aprinus Salam, S.s., M.Hum. (Penulis Naskah),  Taufiqur Rohman & Dzaki M. Fadhiil (Sutradara), Mustika Garis (Penata Musik), Dino Manggala (Penata lampu), Amelia( Penata busana), Fika (penata Rias), Yuli (penata artistik). Pemain: Rosyid, Klarisa, Zhanas Adi, Mike Pratiwi, Subakti Susilo, Rizky Reivan, Dwi Nugroho, Marhaendra Shakti, Locita, Arrow, Febriana Nana, Sari. Pemusik :Intan, Tebe, Kikek, Julian, Andi.

Lakon Tanda Jasa menyimpan nilai dan pesan moral melalui simbol-simbol, terutama bahasa. Banyak nilai dan pesan moral yang bisa ditemukan di dalam naskah Tanda Jasa, di antaranya mengenai penyikapan terhadap masa lalu yang seharusnya bisa dituntaskan seiring berjalannya waktu. Selain itu, tidak ada yang lebih penting dari keluarga jika dibandingkan dengan penghargaan-penghargaan atau sebuah tanda jasa.

Cerita ini sangat erat dengan hal-hal psikis dan pesan kemanusiaan yang kuat. Naskah ini tidak hanya menghadirkan konflik psikis seorang veteran tua saja tetapi menggambarkan bagaiamana menyikapi masa lalu, benda-benda yang hanya sebatas pengalihan sementara, dan kekuasaan. Sehingga, melalui simbol-simbol benda dan bahasa yang dihadirkan di drama Tanda Jasa bisa diolah menjadi pertunjukan panggung yang akan relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.

Penulis: Nur Iswantara.




ISI Yogyakarta dan Ruang Anak Gelar Festival

 

Ciptakan Ruang Tumbuh Anak, ISI Yogyakarta dan Ruang Anak Gelar Festival

 

ISI Yogyakarta berkolaborasi dengan Ruang Anak menyelenggarakan Festival Anak Indonesia dengan tema “Me and My Self”. Festival Anak Indonesia  akan digelar mulai tanggal 12 sampai 24 Juli 2025, di Galeri R.J. Katamsi, ISI Yogyakarta. Festival ini terbuka untuk umum dan dapat diakses mulai pukul 10.00-17.00 WIB setiap harinya.

Fertival Anak Indonesia dibuka oleh GKR Bendara pada tanggal 12 Juli 2025, di Galeri R. J. Katamsi ISI Yogyakarta pukul 16.00 sampai dengan selesai. Pembukaan festival ini dihadiri oleh Direktur Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI, Rektor ISI Yogyakarta, Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Kepala Galeri R.J. Katamasi ISI Yogyakarta, Orang tua, para seniman cilik dan undangan.

Menurut Miyati dari Ruang Anak, “Festival ini menghadirkan 200 karya dari 170 seniman cilik yang berasal dari berbagai kota di Indonesia”. Di festival ini anak-anak atau pengunjung festival tidak hanya dapat menyaksikan karya yang dipamerkan tetapi juga mengikuti kegiatan workshop dan pemutaran film.

Tahun ini, Festival Anak Indonesia mengambil tema “Me and My Self”. Melalui tema tersebut penyelenggara festival berharap pengunjung festival mampu mengenal konsep diri, menentukan value dan merumuskan tujuannya.

“ISI Yogyakarta akan terus mendukung penyelenggaraan festival yang memberikan ruang bagi seniman-seniman cilik untuk menampilkan karyanya kepada publik”ujar Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Sn. Beliau juga menyampaikan, melalui dukungan dalam penyelenggaraan festival ISI Yogyakarta berharap mampu memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Dampak yang memberikan kesempatan kepada seniman-seniman cilik untuk menampilkan karya dan merangsang pengunjung pameran mampu mengenal konsep dirinya.

ISI Yogyakarta terus berupaya mendukung program Kampus Berdampak yang digulirkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi.  Salah satu upaya untuk mendukung program tersebut dengan menjadi tuah rumah pelaksanaan Festilah Anak Indonesia 2025. Dengan menjadi tuan rumah festival ini memberikan peluang anak-anak memamerkan karyanya di galeri seni sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat.

Festilah Anak Indonesia 2025 lahir dari kerja sama antara ISI Yogyakarta dan Ruang Anak. festival menjadi kolaborasi kedua, setelah sebelumnya festival dan pameran serupa sukses diadakan di lokasi yang sama. Mari dukung dan apresiasi karya anak-anak Indonesia dengan datang langsung ke Galeri R. J. Katamsi ISI Yogyakarta.















Peresmian Saraswati Green Environment

 

Rektor ISI Yogyakarta dan Wamendiktisaintek Resmikan Saraswati Green Environment

 

Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Sn dan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof. Stella Christie, Ph.D. meresmikan Saraswati Green Environment pada Selasa, 8 Juli 2025 di Concert Hall ISI Yogyakarta. Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan Inagurasi Saraswati Green Environment Institut Seni Indonesia Yogyakarta oleh Prof. Stella Christie, Ph.D.

Menurut Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, M.Sn. Saraswati Green Environment sendiri merupakan bagian dari program strategis ISI Yogyakarta dalam mewujudkan tata kelola kampus yang peduli terhadap isu-isu keberlanjutan dan pelestarian alam. Beliau juga menyampaikan “Saraswati Green Environment dimulai dengan pemasangan lampu tenaga surya di lingkungan pengembangan ISI Yogyakarta, Penyediaan Smart Water Station yang mendorong sivitas akademika ISI Yogyakarta menggunakan thumbler untuk konsumsi air minum dan pembangunan mobil listrik tenaga surya sebagai sarana mobilitas di lingkungan kampus”.

Acara dilanjutkan dengan penandatangan MoU antara ISI Yogyakarta dengan mitra industri yang berkontribusi dalam pembangunan mobil listrik tenaga surya seperti PT Surya Elektrik Internasional, PT Energi Baru Terbaharukan dan PT Chitose International Tbk.

Peresmian Saraswati Green Environment diakhiri dengan peluncuran mobil listrik tenaga surya hasil kolaborasi ISI Yogyakarta dengan mitra industri. Peluncurun mobil listrik tenaga surya ditandai dengan menekan tombol sirene oleh Rektor ISI Yogyakarta dan Wamendiktisaintek. Setelah menekan tombol sirene Rektor ISI Yogyakarta dan Wamendiktisaintek berkeliling kampus ISI Yogyakarta dengan menggunakan mobil listrik dan mencoba power station yang berada di pintu gerbang ISI Yogyakarta.

Saraswati Green Environment ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain di Indonesia untuk bersama-sama memperkuat agenda hijau dan inklusif di lingkungan pendidikan tinggi.

 















Bicara Seni Sebagai Alat Diplomasi

 Dua Wakil Menteri Kabinet Merah Putih Bicara Seni Sebagai Alat Diplomasi


Medkrev - Yogyakarta. Bertempat di Concert Hall Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Jln. Parangtritis Km. 6,5 Sewon Bantul pada Selasa, 8 Juli 2025 pukul 08.00-13.00 WIB menggelar Seminar Nasional (semnas) dalam rangka Dies Natalis ke-41. “Art and Diplomacy” atawa Seni dan Diplomasi dalam memperkuat Jejaring Seni Mewujudkan World Clasas University.

Dua Wakil Menteri Kabinet Merah Putih dibawah Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menjadi keynote speaker. Pembicara kunci pertama H.E. Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M. (Wakil Menteri Luar Negeri RI) dan Prof. Stella Christie, Ph.D. (Wakil Menteri Diktisaintek RI).

Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., didepan tamu undangan seminar nasional dalam rangka Dies natalis ke-41 ISI Yogyakarta penuh semangat dan meyakinkan menyampaikan kinerja Dosen dan mahasiswa dibidang akademik, kegiatan seni dan prestasi yang telah dicapai civitas akademika kampus seni tertua di Indonesia ini. 

Mas Rektor Irwandi, mengucapkan terimakasih kepada dua wamen tersebut. Semnas juga mengundang tiga pembicara ahli: Phillip Augier, Kolektor Seni Asia-Pasifik, co-founder Museum Pasifika Bali; Helly Minarti, Ph.D. , Peneliti Seni, FOUNDER a Collaborative research platform on choreography; Kurniawan Saputro, Ph.D., peneliti dan Staf Pengajar Pascasarjana ISI Yogyakarta. Moderator Dr. Mikke Susanto, M.A., sekaligus sebagai ketua panitia seminar nasional kali ini.

H.E. Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M., Wamen Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, karena ada tugas lain belum dapat hadir di kampus ISI Yogyakarta. Bapak  Oegroseno dalam paparan yang ditayangkan pada giant screen, dihadapan peserta semnas mengatakan sangat senang dapat berpartisipasi dalam Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta. Hal yang dimiliki bangsa Indonesia dalam konteks diplomasi yakni keragaman: etnis, seni, budaya, bahasa, adat istiadat dan demografi. Faktor tersebut sangat memiliki kekuatan dalam diplomasi secara nyata di berbagai negara di belahan benua.

Sewaktu Bapak  Oegroseno bertugas di Brussel Jerman pernah mengadakan workshop tari Kecak. Selain seni tari, kain yang memiliki seni khas seperti batik, tenun; Bahasa dengan cerita, novel, kuliner Indonesia pun sangat kuat untuk digunakan sebagai sarana diplomasi. Pada kesempatan ini wamenlu sangat berharap ISI Yogyakarta untuk membuat design dokumentasi seni Indonesia. Jika ada dokumentasi seni dapat sebagai blueprintt dalam diplomasi ke bebagai negara yang selama ini belum terjangjau. Kita dapat menjangkau ke negara-negara di Amerika Tengah, Amerika Latin, Afrika Selatan, dan negara-negara lainnya. Terimakasih pak wamenlu, smoga seni dan diplomasi menjadikan seni diplomasi lebih menjadikan Indonesia eksis sebagai negara yang berbudaya.

Wamendiktisaintek RI, Prof. Stella Christie, Ph.D. tema semnas Dies natalis ke 41 ISI Yogyakarta “seni dan diplomasi” sangat tepat. Menurut Prof Stella, seni itu hakikatnya mampu menjadi alat diplomasi. Seni merupakan kekayaan Bangsa Indonesia yang luar biasa. Bagaimana seni menjadi bagian diplomasi negara diperlukan strategi dalam pengelolaannya.

Urgensi seni dan budaya Indonesia itu nyata. Sebuah negara lebih dikenal warga bangsa lain melalui seni, bahasa dan budayanya. Profesor Stella Christie, seorang ilmuwan kognitif, merupakan lulusan Harvard University untuk gelar sarjana dan Northwestern University untuk gelar doktor (Ph.D) dalam bidang psikologi kognitif. Ia juga pernah menjadi peneliti pascadoktoral di The University of British Columbia. Saat ini, beliau menjabat sebagai Guru Besar di Tsinghua University, China. 

Ungakap Prof Stella, Indonesia itu memiliki keragaman Bahasa ke dua stelah Papua Nugini. Apa yang dipikirkan manusia tentang diplomasi kebudyaaan? Ketika Prof Stela mengajak peserta mengenali seni dengan menyebut nama negara, spontan peserna semnas menyambut dengan antusias. Jepang-susi, samurai; Argentina – bola, etc. Disitulah manusia seni dan budaya tak terpisahkan. Seni diplomasi kuncinya struktur,  dari seni dan budaya agar diketahui, disebar ke dunia. 

Bahkan Prof Stella dengan tegas,s. Saya sangat mendukung ISI Yogyakarta art connectinity. Perguruan Tinggi Seni yang utama mengembangkan seni budaya ebagai alat diplomasi.  Rekognisi dari seni budaya harus menjadi utama. Lulus Ilmu Seni dari ISI Yogyakarta  punya ijazah. Ijazah sebagai token  ekonomi yang menunjukkan kemampuan  khusus lebih dari pemiliknya. Sehingga struktur untuk sertifikasi sangat urgent. ISI Yogyakarta bisa menjadikan  Teori seni-budaya dan portabilitas. 

Belajar piano ada teori musik. Nah bagaimana dengan belajar Gamelan, Wayang kembangkan ciptakanlah. Di Jepang Kabuki secara teori dan praktiknya mendunia. Ayo ISI Yogyakarta terus kembangkan teori-teori seni Indonesia.  Formalitas teori sudah waktunya disebarkan. ISI Yogyakarta sebagai perguruan tinggi seni penting perannya. Semangat dan tujuan ISI Yogyakarta jangan angan=angan tetapi harus terjadi. 

Bangunlah ISI Yogyakarta dengan kepercayaan diri. Lewat bentuk yang portabel. Contoh cerita wayang tidak mudah didapat di pasaran. Di Havard yang terkenal Bangunan  Gedung Seni Pertunjukan dan Perpustakaan ISI Yogyakarta dapat menstruktur seni dan.budaya menjadi alat diplomasi penuh makna bagi bangsa Indonesia. *

Penulis: Nur Iswantara.




Pelatihan Desain Kriya Berbasis Eco-Design

ISI Yogyakarta Gelar Pelatihan Desain Kriya 

Berbasis Eco-Design di Margomulyo Bojonegoro
 

Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melalui Kelompok Riset Skema Penelitian Dasar-Fundamental menggelar pelatihan desain produk kriya dengan pendekatan eco-design berbasis eksplorasi material tanaman lokal serta pendekatan eco-design yg mempertimbangkan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan sekitar. Acara ini berlangsung pada Minggu, 6 Juli 2025 di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program riset bertajuk “Craft-Core: Integrasi Eco-Design Pada Produk Kriya Berbasis Eksplorasi Material Tanaman Lokal Sebagai Revitalisasi Pitutur Luhur Samin Surosentiko di Margomulyo Bojonegoro.” Melalui program ini, tim peneliti ISI Yogyakarta yang terdiri dari Dr. Sugeng Wardoyo, S.Sn., M.Sn., Drs. I Made Sukanadi, M.Hum. dan Tri Wulandari, S.Sn., M.A. berusaha untuk menginventarisasi potensi tanaman lokal sebagai sumber material kriya ramah lingkungan sekaligus merevitalisasi nilai-nilai pitutur luhur Samin yang lekat dengan masyarakat setempat.

Masyarakat Margomulyo khususnya perajin lokal diberikan pelatihan merancang produk kriya dengan konsep eco-design. Pelatihan meliputi pemanfaatan bahan dari tanaman sekitar, teknik pengolahan material, serta pendekatan desain yang mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

Kegiatan ini juga menjadi ajang dialog budaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap ajaran luhur Samin Surosentiko, yang menekankan kesederhanaan, kejujuran, dan harmoni dengan alam. Dari  program ini, diharapkan muncul produk kriya inovatif yang tidak hanya memiliki nilai estetis dan ekonomi, tetapi juga membawa pesan kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan, serta memperkuat identitas budaya Margomulyo sebagai salah satu pusat komunitas Samin.

ISI Yogyakarta terus mendorong sivitas akademikanya untuk melaksanakan program-program yang dampaknya langsung dirasakan masyarakat. Program pelatihan ini menegaskan ISI Yogyakarta yang tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun masyarakat yang berdaya secara ekonomi, preservasi dan mengembangkan budaya masyarakat. Program ini sejalan dengan semangat Kampus Berdampak yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi. 












Dies Natalis ke-41 ISI Yogyakarta 2025

Seminar Nasional Dies Natalis ke-41 

ISI Yogyakarta 2025


Esensi dari diplomasi budaya sering berdekatan dengan unsur budaya seni dan nilai-nilai tradisional untuk membangun hubungan internasional yang saling menguntungkan. Dalam konteks tertentu--misalnya dalam rangka memperkuat jejaring seni dan mewujudkan universitas berkelas dunia--diplomasi budaya memiliki peran yang sangat penting.

Beberapa hal penting yang terkait dengan diplomasi budaya dalam upaya mencapai tujuan tersebut dapat disarikan sebagai upaya untuk meningkatkan pengakuan internasional terhadap seni dan budaya lokal, membangun jejaring global dalam dunia (pendidikan) seni, memperkaya kurikulum dan pengalaman akademik, mendorong kolaborasi dalam penelitian dan inovasi, meningkatkan daya tarik universitas di nata dunia, peningkatan diplomasi antar-bangsa, dan mempertahankan identitas budaya di tengah perubahan gobal.

Dalam konteks tersebut ISI Yogyakarta menggelar seminar bertajuk "ART & DIPLOMACY: Memperkuat Jejaring Seni, Mewujudkan World Class University". Seminar ini diselenggarakan pada Selasa, 8 Juli 2025, jam 08.00-13.00 WIB. Digelar secara fisik bertempat: Concert Hall - ISI Yogyakarta. Namun dapat disaksikan secara langsung melalui kanal youtube: ISI Yogyakarta

Sebagai pembicara kunci seminar ini menghadirkan Prof. Stella Christie, Ph.D. (Wakil Menteri Diktisaintek RI) dan H.E. Arif Havas Oegroseno, S.H., LL.M. (Wakil Menteri Luar Negeri RI) dengan beberapa pembicara yakni:

 

1. Phillip Augier (Kolektor Seni Asia-Pasifik, co-founder Museum Pasifika Bali). Topik: “Menjaring Pengalaman & Membina Kerja Budaya-Seni Antar Negara”

2. Helly Minarti, Ph.D. (Peneliti Seni, FOUNDER a collaborative research platform on choreography). Topik: “Sejarah dan Efek Penyebarluasan Budaya-Seni Indonesia”

3. Kurniawan “Inong” Saputro, Ph.D. (Peneliti & Staf Pengajar Pascasarjana ISI Yogyakarta). Topik: “Problematika Perguruan Tinggi Seni dalam Konteks Diplomasi Budaya”

Adapun moderator seminar adalah Dr. Mikke Susanto, M.A., kurator yang juga Staf Pengajar ISI Yogyakarta. Pendaftaran peserta dapat mengisi bit.ly/seminar41isi dan e-sertificate gratis.

Sampai jumpa di seminar!!!

Narahubung: Ardi +62 857-4347-4434